Pengalaman Test Covid PCR
Jika di Indonesia kamu bisa dengan mudah tes Covid atau tes PCR, tidak demikian halnya di Kanada. Berhubung pengobatan di Kanada gratis, kita tidak bisa sembarang tes PCR. Tes PCR Covid juga tidak dijual atau bisa dipanggil ke rumah. Semuanya harus terpusat pada tempat yang sudah ditunjuk.
Pengalaman Test Covid PCR
Belakangan ini alergi saya kumat. Saya termasuk orang dengan sejuta alergi. Diantaranya alergi obat dan bahan kimia tertentu seperti yang terdapat pada makanan. Sejak tinggal di Kanada, alergi bertambah satu yaitu terhadap pollen atau serbuk bunga.
Di negara tropis seperti Indonesia, kita tidak mengenal pollen. Sedangkan di negara 4 musim, kita akan mengalami alergi pollen. Pollen atau serbuk bunga biasanya mulai muncul ketika musim semi tiba. Selama musim dingin, semua tanaman rontok dan layu. Ketika musim semi tiba, bunga dan tanaman kembali bersemi. Pada saat inilah pollen mulai bermunculan.
Gejala alergi karena pollen ini disebut seasonal allergy. Dan orang Kanada paham betul mengenai hal tersebut. Ciri-cirinya mata berair, badan terasa gatal dan bersin-bersin. Belakangan, karena bersin yang terlalu hebat saya sering merasa sesak. Ditambah dengan isu Covid, membuat saya menjadi paranoid. Akhirnya saya memutuskan untuk test Covid atau tes PCR.
Test Covid Di Kanada:
Untuk tes Covid, kita membuka website Ottawa Public Health. Karena saya bermukim di Ottawa. Dari situ, kita bisa memilih tes untuk Covid. Ada beberapa tempat yang ditawarkan dan saya memilih yang tidak terlalu dekat dengan rumah namun masih kisaran 15 menit dengan mobil.
Ternyata, sejak Covid menjadi pandemi, banyak tempat dijadikan tempat dadakan untuk tes Covid. Diantaranya stadium hockey, stadium basket untuk anak sekolah hingga gedung sekolah karena anak-anak masih bersekolah online. Untuk stadium hockey dan arena basket, jangan bayangkan gedungnya mewah! Tentu saja seperti lapangan tertutup atau indoor. Namun pengaturan dan managementnya sangat bagus dan tertib teratur.
Tes Covid sendiri dilakukan sesuai perjanjian. Jadi kita tidak bisa muncul begitu saja. Hal ini dikarenakan agar orang tidak terlalu ramai sehingga situasi tetap terjaga disiplin dan tersistim.
Ketika tiba di tempat tes, saya langsung masuk dan duduk dikursi yang disediakan yang sudah diberi jarak. Bentuk ruangannya besar dengan langit-langit yang tinggi. Maklum saja, ini adalah stadion indoor untuk basket. Petugas yang bertugas memakai baju dokter dan masker tapi tidak memakai baju seperti astronot. Hanya masker dan faceshield.
Saya ditanya mengapa saya mau tes Covid. Apa gejala yang saya rasakan serta apakah ini pertama kalinya saya tes covid. Ada sekitar 5-10 pertanyaan. Termasuk apakah saya baru bepergian dari luar negeri, apakah di rumah ada yang terkena covid, apakah saya demam, dan sebagainya.
Jujur, sehari sebelum di tes saya sangat deg-degan dan takut. Apalagi hidung tampak disodok dengan alat swab panjang. Teman yang pernah dites Covid mengatakan dia serasa mau pingsan dan pusing setelahnya karena swab masuk ke dalam hingga tenggorokan. Aduh!
Petugas yang melakukan tes PCR terhadap saya ternyata adalah seorang dokter dan bukan petugas biasa. Beliau adalah dokter perempuan yang sudah berumur. Keliatannya, sejak Covid banyak dokter yang sudah pensiun diminta bantuannya untuk tes PCR atau Covid ini. Berikut yang saya alami:
- Dokter menanyakan apakah saya sudah pernah tes sebelumnya. Jika ya, apakah ada efek samping seperti hidung berdarah dan sebagainya. Saya katakan belum pernah.
- Dokter menanyakan lubang hidung mana yang lebih nyaman untuk di lakukan swab. Beberapa orang memiliki tulang hidung yang bengkok sehingga lubang hidung satu lebih tertutup dibandingkan lubang hidung lainnya. Saya termasuk yang memiliki tulang hidung bengkok. Lubang hidung kiri saya lebih kecil dibandingkan yang kanan. Sehingga Dokter memakai lubang hidung kanan untuk swab.
- Saya diminta untuk duduk rileks dan mendongakkan kepala. Masker diturunkan sebatas hidung namun mulut masih tertutup masker.
- Dokter bilang dia akan memulai prosedur dan saya diminta "menggumam" seperti mengucapkan "hhmmmmmm" namun mulut tidak terbuka. Seperti menggumamkan lagu. Menurut Dokter, cara ini membuat tenggorokan dan hidung saya sedikit rileks dan tidak terlalu sakit atau perih.
- Swab dimasukkan, dokter berhitung selama 5 detik dan mencabut kembali. Ketika dicabut itulah saya seperti mencium bau darah di hidung. Tapi tidak mimisan atau berdarah. Dokter bilang itu adalah normal. Ketika melakukan Swab, dokter memasukkannya secara perlahan dan tidak kasar, tidak terburu-buru dan sangat tenang. Hal ini berbeda dengan yang saya lihat di TV ketika petugas swab di negara tertentu melakukannya secara terburu-buru dan sedikit kasar. Saya berprasangka positif saja, bahwa ini di lakukan oleh dokter. Bukan petugas lab dan juga di Kanada, jika kita mendapat perlakuan kasar tidak menyenangkan, kita bisa protes bahkan komplain.
- Jika hidung masih terasa perih, saya disarankan untuk menetesi hidung dengan air bersih.
- Saya disarankan untuk segera minum air putih agar tenggorokan basah.
Swab Covid hanya melalui hidung dan tidak melalui mulut. Setelah tes saya diberi selebaran yang mencantumkan website untuk hasil tes PCR saya. Ketika membuat perjanjian untuk tes PCR, saya harus membuat akun lengkap dengan alamat email. Hasilnya akan keluar dalam waktu 24 jam.
Setelah tes PCR, saya boleh pulang namun tidak boleh keluar rumah hingga tes keluar dan dinyatakan negatif. Jika hasilnya positif, maka saya harus mengisolasi diri selama 14 hari, termasuk orang-orang yang serumah dengan saya. Jika melanggar, saya bisa terkena sanksi hingga denda.
Keesokan harinya, saya melihat hasil tes dan sangat bersyukur bahwa hasilnya negatif. Hingga saya bisa mendapatkan ketenangan bahwa gejala yang saya alami benar gejala alergi terhadap pollen.
Rasanya lega sekali setelah mengetahui hasil tes negatif. Karena artinya saya bisa keluar rumah dengan leluasa, berjalan kaki menikmati udara yang sejuk. Ternyata kebebasan itu mahal harganya! Oh ya, untuk tes covid PCR ini saya tidak membayar melainkan gratis karena saya memiliki kartu "sehat" sebagai penduduk Kanada.
Saya juga diberi selebaran yang isinya daftar restauran dan aplikasi online untuk memesan makanan, seandainya saya dinyatakan positif dan tidak dapat keluar rumah. Di tempat tes Covid, kita juga tidak boleh mengambil foto karena alasan privasi. Kita juga diberi masker gratis dan harus memakai masker yang disediakan dan mencopot masker yang kita pakai dari rumah. Untuk keluar dari ruangan tes pun, kita harus mengikuti tanda panah dan alur yang sudah disediakan. Sehingga kita tidak akan berpapasan dengan orang yang baru datang untuk tes.
Dari awal keluar rumah, pergi ke tempat tes, di tes hingga balik ke rumah total waktu yang saya habiskan adalah 1 jam pas. Begitulah enaknya, jika semua sarana terorganisir dan teratur. Sehingga waktu tidak terbuang sia-sia dan kita tidak menghabiskan waktu untuk menunggu.
Semoga pandemi Covid segera selesai dan semua akan kembali normal seperti sedia kala.
Comments
Artikel Terkait
Post a Comment
Leave a comment: