Hidup Bertetangga Dengan Ragam Bangsa

hidup bertetangga di luar negeri
Hidup bertetangga di luar negeri banyak dimensinya. Apalagi jika negara tempat kita tinggal merupakan negara yang banyak memiliki imigran. Di Indonesia, tetangga kita mayoritas orang Indonesia. Walau sukunya mungkin berbeda namun pada umumnya orang Indonesia dengan bahasa Indonesia pula.

Hidup Bertetangga 

Hidup bertetangga di Kanada tempat saya bermukim, sudah tentu situasinya berbeda. Tetangga saya sebelah kiri dan kanan adalah orang kulit putih. Sedangkan tetangga seberang dulunya orang dari Hongkong namun dia pindah dan kini pemiliknya juga orang kulit putih. Namun, beda dua rumah dari tempat saya tinggal adalah orang Asia. Dan beberapa rumah setelahnya lebih bermacam-macam. Dari yang kulit coklat, hitam, berambut lurus hingga gimbal. 

Tidak hanya warna kulit dan rambut. Bahasa yang mereka gunakan juga bermacam-macam. Karena walau warna kulit putih, tidak semua berasal dari Kanada alias orang asli Kanada loh! Mereka ada yang dari Eropa Timur, Jerman hingga Inggris dengan aksen masing-masing. Kehidupan beragama juga lebih menarik. Walau Kanada identik mayoritas beragama Kristen, namun tidak semua orang kulit putih beragama Kristen. Dalam arti, mereka tidak beragama alias Atheis. Dan masalah agama sangat sensitif. Kita tidak sopan jika menanyakan agama orang lain. Apalagi mengkuliahi orang lain untuk memeluk agama tertentu. Karena bagi mereka, agama adalah hal pribadi dan "suka-suka gue kalau gue Atheis". Begitulah kira-kira.

Nah, seputar agama ini, saya melihat segelintir beragama Budha, Hindu  dan Muslim. Tentu saja, beragama Muslim sangat mudah dikenali dari hijab yang dikenakan. Namun di Kanada, orang tidak terlalu memperhatikan agama orang lain. Toleransi agama di Kanada cukup tinggi. Jika Natal seperti sekarang, banyak orang memasang hiasan atau dekorasi Natal di rumah mereka hingga ke halaman rumah. Lampu hiasan di pasang hingga rumah terang benderang seperti "light show" di malam hari. Namun jangan salah, ada juga orang beragama lain yang ikut-ikutan memasang dekorasi ini loh! Baru-baru ini, pemenang magang dari NASA adalah pelajar di sekolah Katolik. Namun, pelajar ini beragama Muslim dan mengenakan hijab walaupun dia bersekolah di sekolah Katolik. (Lihat artikel di sini).

Tetangga Dengan Ragam Bangsa

Hidup bertetangga dengan ragam bangsa ini banyak juga lucunya. Jika saya sedang berjalan kaki dan lewat rumah tetangga, jika di Indonesia saya mendengar orang berbicara bahasa Indonesia atau bahasa daerah, maka di Kanada tentu saja bahasa asli dari negara mereka masing-masing. Pernah suatu ketika saya membeli karpet di toko. Sales di toko tersebut dari Lebanon, anak buahnya dari Rusia sedangkan teknisinya dari Palestina! Dan mereka berbicara bahasa Inggris dengan aksen yang berbeda-beda.

Lucunya lagi, jika di keramaian kita bisa melihat wajah-wajah orang dari berbagai belahan dunia. Jika di Indonesia rata-rata berambut hitam, maka di Kanada kita bisa melihat warna rambut dari coklat, pirang, abu-abu, hitam hingga merah. Demikian juga warna mata dan kulit mereka.

Sejauh ini, saya belum menemukan isu konflik antar suku bangsa di Kanada kecuali konflik dengan penduduk Asli. Kehidupan ragam bangsa masih membaur. Namun, untuk kota besar seperti Toronto ada daerah per segmen yang didominasi dengan suku bangsa tertentu. Misalnya, daerah A mayoritas rumah daerah tersebut dan toko di dominasi oleh orang India. Daerah B orang China hingga toko bertulisan kanji. Namun, untuk kota kecil belum ditemukan segmentasi seperti ini. 

Dengan diterimanya banyak pengungsi dari negara lain oleh Kanada baru-baru ini, kehidupan semakin berwarna. Semoga saja negara ini tetap bisa hidup berdampingan tanpa ada konflik sosial, suku maupun agama.

Copyright of Winda Tanu
Photo Credit : Pixabay

Comments

Pictures & Contents in this Blog are copyright of Winda Tanu. No Copies are allowed w/o Permission.

Popular posts from this blog

Hidup Di Kanada 2: Ingin Pindah Ke Kanada?

Gambaran Singkat Biaya Hidup di Kanada

Hidup Di Kanada : Mencari Kerja Di Kanada